LAPORAN HASIL DISKUSI PUISI KARYA TAUFIK ISMAIL
“MEMBACA TANDA-TANDA”
Disusun oleh :
Ahmad Fajrul Yustika 2
Elvera Dwi Andini 11
Nuriana Rahmawan 24
Tutik Nur Faizah 30
Membaca Tanda-tanda
Karya Taufik Ismail
Ada sesuatu yang rasanya mulai
lepas
dari tangan Citraan
Peraba
dan meluncur lewat
sela-sela jari kita
Ada
sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas Citraan
Perasaan
Tapi kita kini mulai merindukannya
Kita saksikan udara abu-abu
warnanya
Kita saksikan air danau yang
semakin surut jadinya
Citraan
Penglihatan
Burung-burung
kecil tak lagi berkicau pagi hari Citraan
Pendengaran
Hutan kehilangan ranting
Ranting
kehilangan daun Citraan
Penglihatan
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan zat asam
didesak asam arang dan
Citraan
Penglihatan
Karbon
dioksida itu menggilas paru-paru Citraan
Kinestetik
Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu
membawa longsor Citraan
Penglihatan dan kinestetik
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir air mata
Kita telah saksikan seribu
tanda-tanda
Bisakah
kita membaca tanda-tanda? Citraan
Penglihatan
Allah
Kami telah membaca
gempa
Kami telah disapu
banjir
Kami
telah dihalau api dan hama Citraan
Penglihatan
kami telah dihujani api
dan batu
Allah
Ampunilah dosa-dosa
kami
Beri kami kearifan
membaca tanda-tanda
Karena
ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan Citraan Peraba
Akan meluncur lewat
sela-sela jari
Karena ada sesuatu yang mulanya tak
begitu jelas
tapi
kini kami mulai merindukannya Citraan
Perasaan
Isi puisi :
Di dalam puisi “Membaca Tanda-tanda”, banyak gejala alam
yang Taufik Ismail ambil sebagai sumber inspirasinya, misalnya dalam bait
kedua, ketiga, keempat, sampai bait ketujuh.
Taufik Ismail ingin mengajak pembaca
untuk memperhatikan, mengamati perubahan alam yang terjadi, merenungi semua
yang telah dilakukan yang di dalam puisinya memakai pilihan kata “membaca”:
membaca gempa, disapu banjir, dihalau api dan hama, dihujani abu dan batu.
Bait pertama merupakan ungkapan
Taufik Ismail yang merasa kehilangan sesuatu, yang dirasakan juga oleh manusia
yang lain, namun sesuatu itu belum jelas. Tetapi, pada bait selanjutnya, Taufik
Ismail memberikan tanda-tanda yang membuatnya merasa kehilangan dan dilanda
kerinduan, tanda-tanda itu diantaranya: udara yang telah berwarna abu-abu
(lambang untuk pencemaran udara yang terjadi pada saat ini), air danau yang
semakin surut, burung-burung yang tak lagi berkicau (akibat tak ada tempat bagi
mereka untuk bersarang).
Pencemaran udara, penebangan hutan, perburuan liar, dan sebagainya telah
membawa dan mengundang berbagai macam bencana, mulai dari gunung berapi, gempa
bumi, longsor, dan banjir. Manusia telah merusak alam dan menimbulkan kerusakan
alam.
Pada bait ketujuh, kedelapan, dan
kesembilan menandakan suatu kesadaran dan rasa ingin kembali, doa, dan
pengampunan dosa seorang hamba kepada Sang Kuasa.
Kemudian, dalam bait kesepuluh dan kesebelas berisi tentang pernyataan ulang
tentang sesuatu yang dirasa telah hilang dan kini mulai dirindukan, yaitu suasana
alami yang asri, suasana alam sebelum dirusak oleh tangan-tangan manusia.
Tujuan Penulis:
Melalui puisi “Membaca Tanda-tanda”
Taufik Ismail ingin mengajak pembaca melakukan kegiatan membaca terhadap gejala-gejala
alam yang terjadi di sekitar kita. Kemampuan Taufik Ismail membaca tanda-tanda
zaman tersebut sebagai suatu kabar kepada kita agar memperhatikan gejala alam
yang semakin lama lepas dari genggaman tangan kita. Ada sesuatu yang hilang,
ada sesuatu yang harus kita raih kembali seperti mulanya. Manusia tentu akan
merindukan suasana yang alami, yang asri, suasana alam sebelum terjamah oleh
tangan-tangan manusia. Membaca tanda-tanda zaman seperti yang dilakukan oleh
Taufik ismail sebagai suatu tanggapan tentang kenyataan.